Senin, 11 April 2011

Budaya Indonesia

DIKLAT SENI ANJUNGAN JAWA BARAT

TAMAN MINI INDONESIA INDAH

MUSIK & TARI

Nama Sanggar : Diklat Seni Tari Sunda Anjungan Jawa Barat

Nama Pelatih : H. A. Maulana. SE.

Lokasi Sanggar : Jl. Raya Taman Mini, Jakarta 13560

Diklat ini didirikan oleh H. Rahmat, H. A. Maulana, Hj. Titi, H. Ruli dan dikepalai oleh H. Dodi. Berdiri sejak tahun 1985 dan resmi tahun 1990. Para pendiri tersebut sudah pensiun dan kini tinggal H. A Maulana yang masih meneruskan pusat pelatihan ini.

Lahir di Kalimantan dan berasal dari keluarga ABRI yang menjunjung tinggi seni bangsa khususnya musik, H. A Maulana memilih untuk melatih, memperkenalkan serta melestarikan seni tari. Bertolak belakang dengan seni yang digeluti oleh ayah ibunya, bahkan kakeknya. Dahulu beliau pernah sekolah dijurusan tari tapi akhirnya ia lulus dengan menyandang gelar Sarjana Ekonomi. Walaupun berbeda jauh dari kenyataan ia tetap menggeluti seni ini dikarenakan obsesinya yang mendalam untuk memperkenalkan seni tari baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Menurutnya jika kesenian ingin maju maka kesenian tersebut harus memiliki harga jual. Beliau juga berpendapat bahwa kesenian untuk Indonesia masih kurang bahkan tidak ada harganya.

H. A Maulana berkecimpung di seni tari ini mulai tahun 1982 bersama H. Dodi, Hj. Titi ia menurunkan pengetahuan seni tarinya kepada anak didiknya di Diklat ini. Beliau sudah go internasional. Terakhir beliau baru pulang dari Libanon.

Beliau berada Libanon di sekitar 3 tahun. Disana beliau melatih WNI dan WNA yang tinggal disana. Menurut beliau orang-orang disana lebih kritis dan benar-benar ingin belajar. Oleh karena itu beliau berani berkata bahwa paling lama 50 tahun lagi bukan lagi warga negara asing yang belajar ke Indonesia, melainkan warga Indonesia yang belajar ke luar tentang budayanya sendiri. Beliau memperingatkan bahwa apabila kita sebagai penerus bangsa tidak menginginkan hal tersebut terjadi maka mulai dari sekaranglah kita harus lebih mencintai budaya kita dan mempelajari budaya kita sebaik mungkin. Jangan sampai kita tidak kenal budaya kita sendiri. Itulah pesan yang beliau sampaikan

Disana beliau melatih semua jenis tarian. Walaupun beliau sendiri berasal dari Sunda tetapi beliau harus mengusai segala jenis tarian dan mengajarkannya. Beliau berada disana di bawah naungan KBRI dan KJRI.

Peserta didik di Diklat ini tidak dibatasi oleh umur, baginya Diklat ini terbuka lebar untuk siapa saja yang ingin mempelajari seni. Umur pesertapun beragam diantaranya ada yang anak-anak usia 4 tahun, remaja usia 13 sampai 18 tahun bahkan ada peserta yang seusia dengannya.

Diklat seni tari ini khusus mengajarkan tari sunda, seperti Jaipong. Di Diklat tari ini terbagi ke dalam beberapa tingkatan. Satu tingkatan dapat ditempuh selama satu semester. Ada 9 tingkatan didalam 10 tahapan. Didalam tahapan ini tidak dibedakan oleh umur. 10 tahapan ini dibagi kedalam 3 tahap, diantaranya:

1. Tingkat Dasar (1,2 dan 3)

Mempelajari dasar gerakan yang mencakup dasar gerak dan dasar tari. Setiap pendaftar pertama pasti akan melalui tingkat dasar meskipun umurnya sudah puluhan tahun.

2. Tingkat Madya (4, 5, 6, 7)

Di tingkat ini peserta naik setingkat dari itungan pemula.

3. T ingkat pengembangan (8, 9)

Di tingkat ini peserta sudah dapat dikatakan mahir. Mereka (peserta) diproyeksikan untuk belajar mencoba menata gerak yang akan menjadi satu tarian.

Diklat seni tari ini khusus mengajarkan tari sunda, seperti Jaipong. Didiklat tari ini ada salah satu anak didiknya yang baru berusia 7 tahun tetapi ia sudah menempuh hingga tingkat 6, diharapkan anak didik ini dapat mengembangkan tarian tetapi harapan tersebut terlalu jauh karena gerak di dalam tari bukanlah gerakkan asal melainkan setiap unsur gerak dan tari yang ada mengandung arti tersendiri.

Tari Jaipong berasal mula dari ketuk tilu, pencak silat oleh seorang seniman sunda bernama Gugum Gumira dikemas menjadi jenis tari kreasi baru bernama Jaipong. Tari Jaipong mulai dikenal pada tahun 1985. Berikut adalah gerakkan-gerakkan jaipong (dasar) :

1. Bubuka atau bukaan : merupakan awalan gerak
2.
Jalak pengkor : gerakan yang jalannya pengkor
3.
Selut : gerakan yang diambil dari gerakan silat
4.
Titik
5.
Mincit : gerakkan ini terbagi menjadi beberapa macam seperti mincit gerimis, mincit disko, mincit acek, mincit kanyai dan mincit pagerdoyong.

Selain gerakkan-gerakkan dasar tersebut adapula gerakkan kepa yang berarti jalan dan nyawang yang berarti melihat. Di dalam seni tari ini ada dua bahasa tari, yaitu bahasa gerak dan bahasa tari. Bahasa gerak bukanlah bahasa tari. Bahasa tari lebih dalam artikulasinya, misalnya untuk gerakkan nangis di dalam bahasa tari ini tidaklah harus seperti orang menangis cukup gerakkan saja tangan disekitar wajah maka itu sudah dapat dikatakan sedang menangis.

Didalam tari jarang sekali bahasa gerak dan bahasa tari digunakan secara bersamaan dikarenakan antara bahasa tari dengan bahasa gerak terkadang intinya sangat kontradiksi dan sangat bertolak belakang, untuk menyiasatinya pelatih (H. A MAulana) lebih menekankan untuk menggunakan bahsa gerak karena lebih simple dan lebih mudah dicerna untuk para anak didiknya.

Selain jaipong yang diajarkan, di Diklat ini juga mengajarkan tari-tarian yang sesuai dengan usia-usia peserta. Sebelumnya untuk di tingkatan memang tidak membedakan usia tapi agar lebih terlihat dan lebih cocok dengan usianya maka diajarkan juga tarian yang sesuai, misalkan:

  • Tari Burung

Tari burung ini diajarkan untuk peserta yang masih kecil-kecil, antara usia 4 tahun hingga 10 tahunan. Tari burung ini merupakan tarian permainan.

  • Tari Kapur Sirih

Tari Kapur Sirih merupakan tarian persembahan oleh karena itu tarian ini lebih diajarkan kepada peserta yang berusia 13 tahun keatas atau remaja. Didalam tarian ini terdapat pengembangan tari kreasi dari Cirebon.

Selain tari Jaipong adapula tarian lain yang berasal dari Jawa Barat, diantaranya :

1. Ketuk Tilu
2.
Arak-arakan
3.
Tari Pesta Rakyat
4.
Tari Klasik

Adapula alat-alat musik khususnya, antara lain :

1. Reog
2.
Calung
3.
Anklung
4.
Crumba
5.
Debug (gamelan)
6.
Gamelan
7.
Pelog (lebih condong untuk mengiringi tarian)
8.
Salendro (lebih condong digunakan untuk tari rakyat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar